Ku kirimkan surat berupa kata kata
yang pasif terontarkan dari bibir yang kelu, kalimat dan sebaris kata yang tak
bermakna melambung harapan yang mungkin tak pernah sampai. dari kisah tragis
percintaan yang tak pernah menemui temu akhirnya meluncur bak panah yang menghujam
musuh. ku keluhkan semua keluhku pada tuhan, dengan geggaman Quran di tangan,
ku untaikan cintaku padaNya yang sedang mengelus anak cengeng yang gelisah
dimabuk harapan. cinta memang datang spontan, namun cinta itu tumbuh subur, tatkala
egakauah Tuhan yang bertaggung jawab atas prasaan yang ku alami kini. nada doa
dan harap ku kumandangkan setiapkali bertemu dengamu, apakah aku dosa ya Tuhan,
pabila dalam setiap latunan doa ku selalu menyampingkan engkau sebagai Tuhanku,
engkau ku anggap hanya sebagai pengkabul doa, yang setiap saat mungkin ketika kau
tidak sibuk dengan hamba mu yang lain,kau baru mendengarku. di penghujung malam
hingga terbit fajar yang siap membuka jendela, gengaman erat kalimatmu masih
tersentuh menghujam qalbuku, ku bacakan surat-surat indah yang termaktub dalam
al-Quran, ku baca perlahan sampai kuhayati. betapa aku telah jatuh hati
padanya.
Selepas subuh berjamaah, aku
menuliskan surat, untuk ibuku. ini bukan surat yang akan ku kirim ke rumah, melainkan lantunan
senyum yang tertorehkan pada kertas yang dibumbui cinta. aku menulis tentang
bagaimana perjuangan ibu yang mangasihiku. ialah ummiku, Juhriyyah namanya.
namanya persis seperti Istri Rasulallah yang dibebaskan dari budak Yahudi .
namanya memang sederhana. dibalik namanya ada kalimat cinta pada setiap
geriknya. ia membimbingku dari aku balita hinga dewasa, hingga kelak aku bisa
membahgiakan orang tua ku, orang tua yang tanpa suami bisa hidup sendiri
membesarkan hingga menyekolahkanku. dibalik harapan dan doa terlanturkan setiap
penghujung malam. tangisnya tersampaikan oleh lewat donya. barisan wudu yang
jatuh kelantai adalah harapan dari bundaku. aku tersenyum,
"
bu aku sudah besar sekarang, aku memiliki cinta kepada seseorang yang setiap
kali datang menghampiriku. aku takut cinta ini akan menghalangiku untuk mengingat
engkau. bu ajari aku bagaimanaaku bisa bersabar.
Tiap subuh Kiai Helmi selaku pendiri
pesantren dengan wibawaya mengajarkan al-Qura'n, suaranya indah bersahaja. dari
gaya penampilanya tak lebih dari seorang ulama yang meiliki bobot ilmu yang
begitu bersahaja. kami menghormatinya bukan karna takut. melainkan takjim dan
patuh karna Ilmu dan patuahnya. aku baru saja 5 bulan dipesantren ini. meski
umurku tidak lagi remaja. ada tuntunan yang harus aku lalui. yaitu menghafal Quran.
setiap pagi kami murajaah, mengahafal setengah halaman kira kira 15 sampai 20
ayat, dan di sore hari setengah lembar
lagi. meski awalnya sangat sukar dan sulit ku lalui, karna terbiasa, alhamdulillah.
kalimat yang awalnya terlihat sulit perlahan mudah terbiasa ku hafal.
kalian
pernah mendengar kisah megenai Ibn Hajar Al- Asqolani beliau adalah keturunan
orang mesir pada tahun 773 Hijriah. Ia pernah frustasi akan kebodohanya , ia
sering kali lupa dengan ilmu yang telah dipelajarinya, ia bahkan terasing dan
tertinggal oleh kawan-kawan karibnya. entah apa yang telah mempengaruhi
otaknya, sehingga ilmu dan hafalan terasa sangat sulit untuk dihafalnya. dalam
keprustasianya itu ia pulang kerumah dan memutuskan untuk meninggalkan gurunya.
ditengah perjalan , hujan pun mengguyur dengan lebat , seketika pun ia langsung
berteduh di goa yang berbatuan. sungguh Allah sangat bijaksana memberikan
hambanya petunjuk. ia mendapati batu yang berlobang karna tetesan air yang
terus menerus menimpanya. ia pun berfikir dan beriikad untuk kembali ke gurunya
dan menceritakan tentang batu yang bolong karna tetesan hujan yang terus
menerus, ia sadar bertul bahwa batu yang keras akan menjadi lunak ketika air
yang lembut mampu melobangi batu. otak yang sulit dan keras pun bisa lunak dan
tangguh jika dibarengi dengan sabar, rajin dan istiqomah. seketika itulah
gurunya menerima kembali. atas dasar ini, ia menjadi ulama yang mapan dan besar
dan mampu mengarang kitab yang kini dibaca dikalangan pesantren. seperti Fathu
Baari, Syak shahih bukhari, Buugul Marom. Aku percaya bahwa, setiap kesabaran
dan doa menjadi penolong. seperti doa ibu yang mampu menembus kelangit,
mengisahkan sekeping cinta pada sudut malam untukku. sekeping kisah Ibn Hajar
Al Asqolani, yang menjadi penyamangatiku
Disini santri tidak hanya diajarkan
untuk menghafal al- Quran melain juga kitab kitab klasik , seperti kitab fiqih, muamalah hingga ahluqul
libanin. pesantren mengajarkan banyak cerita kesisiplanan ilmu yang tak
sama ketika aku kuliah dulu. di pesantren disiplin ilmu bertujuan untuk memantapkan
diri, membentuk pribadi dari ketidak berdayaan terhadap dunia, sedang saat kuliah, bertapa
kerdilnya aku , aku menganggap ilmu hanya sebagai komoditas untuk melahap dunia
pernindutrian. meski sebelumnya saya belum pernah pesantren. namun ikatan
emosional meresap melalui dinding dibalik pesantren ini.
"
ibu ku, kau adalah sosok yang mengisparasiku. ia tau bahwa keputusan pesantren
ku untuk mendalami al Quran di dukung penuh. meski belum pernah
terlewatkan sedikitpun niat. entah
kenapa takdirlah yang menuntunku kesini.
Bersambung.....
PESANTREN
Suasana pagi, saat dingin masuk
kesela sela bilik pesantren, deaunan masih anggun. terik matahari belum sampai.
suara gemuruh santri yang bersautan membaca al-quran terengar indah di telinga.
suara yang dilantunkan ayat-ayat indah. getaran suara masjid bermatulan saling
bersahut sahut. kini udara serta pagi mengamini tentang semangat pagi,
memberikan senyuman dan menyapa hangat santri-santri pondok Pesantren Salafi
Tahfizul quran. gunung salak di arah Timur memastikan dirinya baik baik saja.
ya disini kota seribu hujan dan seribu kenagan. orang bilang hujan itu adalah
kenangan. kenangan bagi para perantau. sorban kiai, bajunya serta wanginya yang
has sedang mengajari dan menuntun kalimat hafalan yang disetor didepan masjid. santri
berbaris rapih memanjang bersila menungu giliran. sedang para santri yang senior
pun menuntun hafalan santri santri lain, persis sama menunggu antrian.
Sedang aku masih mengulang dan mendikte
bait-bait ayat yang ku baca. aku latih kembali bibirku membaca lembaran-lembaran
yang sebelumnya ku hafal, ku sulami ayat demi ayat dan makna yang terkandung
didalamnya. itulah puisi terbaik, kalimatnya tersusun rapih , jika hatiku berisih
seberih pilihanmu. maka ayat itu benar merasuk dalam qalbu. namun masih ada
sekat dan dosa yang kuperbuat, sehinga ayat ayat quran yang kubaca tak
memberikan efek pada diriku. ya Tuhan apakah aku termasuk orang munafik yang
menghianati ayat sucimu.
Sosok Umar bin Khatab adalah salah
satu sosok yang benar benar memahami ayat dan kalimat al-quran. banyak peyair
Arab megerti tentang syair bahasa arab. namun pengetahuan Umar tentang untaian
kalimat indah itu membaut tubuh yang kokoh bergetar, muka yang penuh amarah
saat berniat membunuh Muhammad padam . saat fatimah menyodorkan ayat ayat yang
berserakan pun dibaca
Thaha, kami tidak menurunkan
Al-quran ini kepadamu agar engkau menjadi susah, Melainkan sebagai pengingat
bagi orang yang takut. Diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit
yang tinggi, yang maha pengasih , yang bersemayam diatas asry.
kalimat
itu adalah menawar bagi dirinya. kemarahan Umar dan penyelasanya terhadap
sodara perempuanya Fatimah membuat ia bergetar merasuk selurh otot tubuhnya.
masuklah umar dan bertemu Muhaamad untuk
mengucakan kalimat syahadat.
Di pagi menjelang siang, santri menjalankan
aktifitasnya masing- masing, yang sekolah pagi berangkat sekolah, mengenakan
seragam seperti biasanya, sekolahnya pun tak jauh dari pesantren. hanya
berjarak kurang lebih 500M dari pesantren. pengajian dimulai menjelang sholat
dzuhur. itupun sudah terjadwal tidak setiap hari. sebelum menjelang magrib
biasanya kami berduduk bersila mendengarkan sepatah tausyiah dari kiai sendiri.
santri disini tidak banyak dan tidak pula sedikit. kelas kami dibagi menjadi
tiga bagian. kelas Tstanawiyyah yaitu kelas untuk anak anak setara sekolah
menengah ,kelas Aliyah yaitu kelas menegah ketas, dan Takhasus yaitu
pengkhususan untuk mereka yang tidak sekolah. dan aku berada dikelas Takhasus.
biasa terdiri dari anak yang beragam, tua muda dan hanya aku pribadi yang sudah
merasakan dunia pendidikan kampus.
inilah
jalan hidupku, tidak ada yang tau dan faham betul, takdir yang menjadikan ku
menetap di sebuah pesantren yang diasuh Kiai Helmi. sosok yang berwibawa,
sebagai seorang ulama yang alim. sosok kiai panutan. pancaran karismatik
membuncah keluar dari gaya gestur tubuh dan bicarnya.
####
Azam, jalan sertiap keberkahan adalah keikhlasan.
kepasrahan adalah jalan terbaik bagi keterputus asaan. setiap anak yang lahir
ke muka bumi memiliki jalanya masing masing. jurang yang curam harus dilalui, jalan
terjal harus dilewati. kedewasaan dipupuk dari permaslahan. tidak ada jalan
yang benar benar mulus. seorang yang ditus untuk meyampaikan risalah kenabian.
tidak langsung turun dengan kelezatan. semakin Allah menyanyangi hambanya, ia
memberi ujian dengan ujian yang ia tidak mengiranya. Tuhan memberikan ujian ada
yang dengan kenikmatan dan keburukan. agar engkau tau jalan mana yang meski kau
tempuh dan lalui. desir dala hati mengingatkan ku pada sosok perempuan hebat
diluar sana. sosok yang ikhlas membiarrkan ku memilih jalan hidup. aku hanya
berpamitan untuk beberapa bulan saja, menuntaskan misiku sebagai muslim, iya,
kau tau apa itu. menghafal kitabuAllah
PULANG
Betapapun engkau Rabiatul adawiiyah.
ia mengenal cinta pada cinta yang benar benar tulus, mengahadap ridhonya.
kadang aku malu, ketika terbesit bahwa ibadahku haya untuk menggapai surga dan
takut neraka. sepintas teringat sosok Rabiatul Adwiyah. pernah suatu ketika ia
membawa air di tangan kananya, dan membawa api ditangan kirinya. ia bercerita
seandainya aku bisa memadamkan neraka dengan air ini maka aku akan padamkan,
dan ketika aku mampu untuk mebakar surga, maka akan aku bakar. agar orang lain
menyembahMu bukan karna surga dan Neraka. aku adalah sosok yang masih hina. aku
terlampau jauh untuk memikat tuhan karna ibadahku. dari kisah ini kusampaikan
bahwa pagi ini, ku pasrahkan hidup dan matiku karna Mu, takdir dan masa depanku
ku cukupkan hanya untukMu. jika engkau menakdirkan hidupku dengan orang yang
sholeh bawalah aku hingga ke surga nanti. namun ada kekhawatiran ketika aku
belum mampu menjadi khadijah aku tak mampu lagi mendapatkan sosok Muhammad.
Dipagi yang cerah ku gerakan badan
sedikit untuk melegakan punggngku sehabis tidur yang kaku. kota jogja dipagi
menjadi sorotan yang mempunyai arsitektur alam yang indah. gunung merapi yang
gagah menjulang membusungkan dada sangat elegant di pandang mata. di kota
pelajar ini. aku banyak belajar tentang makna kehidupan. dimana miniatur
indonesia dengan orang yang beragam suku bersatu padu menjadi miniatur kota
kecil bernama. setiap orang memiliki caranya masing masing dalam menafsirkan
kehidupan. kesyukuranku adalah dipertemukan oleh teman
yang bersusaha mendekatkan dirinya pada Rabbya. meski tak sedikirt dari
mereka merupakan aktifis kampus. tak pelak aku belajar banyak dari mereka
tentang organisasi intra maupun ektra. aku belajar dari mereka bagaiaman
mengolah emosi saat berhadapan dengan lawan bicara. belajar sabar dan
bertanggung jawab.
Dering telpon berbuyi, ternyata
terlampir pesan ayah yang sejak pagi meneleponku. ada apa gerangan pagi ini
sudah ada pangilan dan pesan masuk. pesan singkat yang kubaca mengaharuskan ku pulang
besok. ayah tidak menceritakan alasan prihal perintahnya, hati bergumam , dan
bertanya. segeralah ku telopon kembali. dari percakapan jauh disebrang jawa
kami bercengkrama. suaranya melambung dalam mengingatkanku pada sosok cinta
yang luhur yang memberi tanpa menuntut aku memberi. ayah belum bisa ceritakan ini kepadanku secepatnya.pungkahnya,
aku mengiyakan, mungkin ada prihal penting tentang urusan keluaga dirumah. ayah
bilang seh, ibu sedang rindu. entah apa alasanya. biasanya ibu adalah wanita
yang kuat dan faham betul, meski khawatir dan rindu tidak mengharuskan ku
pulang esok hari. segera ku urus kepergiaku pulang, tiket kreta saja, karna
waktu estimasi tidak terlalu jauh. jogja jakarta cukup dilalui 8 jam. 2 hari
lusa adalah waktu libur, jadi tak usah gusar untuk meninggalkan mata kuliah
pada hari seninya. lagi pula aku pun rindu dengan suasana rumah yang sederhana.
sosok ibu dan ayah adalah sosok yang
tangguh. meski mereka tidak hanya mengurusiku saja. ayah mempuyai anak didik
yang di kelola di sebuah pesantren kecil. pesantren dimana ayah dan ibu sebagai
pengelolanya. meski bukan pesantren elit, melainkan upaya dan tekad ayah saja
yang peduli akan pendiikan pesantren. pesatren tersebut dibangun ketika
almarhum kakek mempunyai anak pertama yaitu ibu. kebetulan ibu dari kalangan
keluarga terhormat, pesantren adalah warisan dari kakek. dan ayah merupakan lululsan
pesantren jadi wajar ayah dipercaya mengelola pesantren sepeninggal almarhum
kakek, harapan ayah, setelah lulus kuliah. bisa sambil mengajar, meski jurusan
ku tidak sepadan dengan dunia pendidikan. ayah selalu berpesan bahwa sekolah
mendidik mu untuk menjadi orang yang bernilai bukan orang yang hebat. nasihat
itu juga ditimpali oleh ibu yang anggun, bahwa sekolah mendidikmu untuk bisa
berlaku adil dan jujur.
Dipandang pasir yang tandus ada
sesosok amirul muminin yang tangguh dan gagah perkasa, ia adalah Umar Bin ibn
Khtab. ketika itu musim sedang didera oleh kemarau yang panjang, masa itu
disebut masa abu, dimana tanah Madinah saat itu kering dan tandus. di tengah
malam yang dingin menembus angin yang menusuk, Ummar keluar bersama Aslam untuk
melihat kondisi rakyatya di tengah perjalanan ia melihat tenda yang lusuh
terdengar dua anak yang kecil yang
menangis, karna umar penasaran , beliau pun datang dan melihat kondisi
memastikan apa gerangan yang membuat anak mereka menagis. dilihatlah gubuk kecil
yang lusuh seorang ibu yang sedang mengaduk bejana. selintas penasaran apa yang
membuat anaknya menangis. diperhatikanya sedang menyiapkan makanan. dalam
keheranya beliau bertanya, , latas amirul muminin menayakan lagi,.
Lihatlah,
apa yang aku masak, aku memasak batu, berharap ingin membahagiakan anaku yang
menagis agar ia berhenti menangis, aku memasak batu dan berharap kepada Tuhan
untuk memberikan rizki dipagi dan sore hari, namun rizki itu belum datang juga,
aku berharap amirul muminin tau, betapa ia sangat tidak adil, dan tidak melihat
masyarakat kecil seperti kami. Setelah itu Umar dan Aslam pergi kembali ke
Batul Mal dan membawaan sekarung gandum untuk diberikan. sepanjang perjalanan
Aisam menyeruh , biarlah amirul Mumini saya yang membawanya, ia meminta. Sang
Umar menjawab sambil memanggul beban, jagan jerumuskan aku ke api neraka,
apakah kamu mau menaggung bebanku di hari kiamat kelak.? ucapnya penuh dosa dan
rasa bersalah yang tak terhingga. setelah itu diberikanya gandum dan
diserakanya. dan meyuruh ibu itu untuk mendatangi amirul mumini besok hari.
terkejut ternyata yang memberi gandum adalah Umar bin khtab sendiri. dan
meminta maaf karna telah menuduhnya.
kisah ini meneguhkan ku bahwa sifat
ketuguhan yang disosong oleh Amirul muminin tentang kejujuran dan tanggung awab
amatlah berat. ibu dan ayah adalah mutiara yang tak mungkin ku jual berkat jasa
dan didikasinya saat ini. nasihat ayah dan ibu terngiang ketika sekolah seharusnya
mendidiku menjadi orang yang bernilai dan berlaku jujur. dari sentuhan kaki lah
aku bisa berteduh pada surganya.
####
Suara mesin kreta berderu, pohon
mengejar bayang dibalik kreta yang cepat melaju terburu buru. pemuda dan orang
dewasa bercengkrama satu sama lain, aku bertemu dengan seorang ibu yang luar
biasa di dalam kreta. aku berbicara prihal banyak tentang pengalaman ibu
mengenai anaknya yang ia banggakan. ibu itu bernama bu fatma aku memanggilnya
akrab, selama perjalanan ia bercerita tentang pendidikan anaknya. anaknya yang
pertama kuiah dikampus negri UI depok, dan sekarang sedang sibuk bekerja
dijakarta, anak keduanya perempuan pun sama. namun anak perempuanya telah
menikah dengan orang diluar jawa. kepedulian ibu fatwa pada pendidikan anakya
melahirkan kebanggan yang tak terhingga. itulah naluri seorang ibu yang
mencitai anaknya tanpa berharap imbalan. perjalanan itu terasa mengasikan.
perjalan terasa melaju cepat memebus lorong waktu.
AWAL
PERTEMUAN
Ada kalanya aku berbicara pada
burung yang berkicau , menyampaikan pesan yang ia tak faham. aku berseteru
kepadanya. engkau adalah burung yang ditakdirkan tuhan bersarang dalam tangkar.
kamu terdiam membisu tidak lagi terbang bebas. kamu terkurung dalam kebebasan,
kamu dipuja namun digadaikan. cintaku bebas tanpa sekat aku bisa menjadi burung yang bebas dan
berkicau mengepakan sayap terjun kelembah dan berteriak keras. aku mencintaimu
bukan tanpa sebab. aku mencintai karna ada ruh tuhan yang meniupkan cahaya pada
dirimu. setiap gerak dirimu adalah tuhan yang bersemayam atas cintanya. setiap
letukan bibirmu bermandikan kain yang disipakan surga. kamu adalah jarak dan
aku adalah jantung yang setiap saat kita berhenti maka kita mati bersama.
jangan kau halangi aku tuhan ntuk mencintainya sepenuh hati, mengenggam erat
jantung dan sukmanya. seperti cinta yang tak sederhana menyampaikan haus dikala
dahaga.
Teringat gadis yang bertutuh hangat
saat dipejalanan jogja jakarta. itu pertemuan yang mengabadikan jalan jiwaku.
membusungkan ingatanku akan hadirnya sosok yang anggun. awalnya decak kagum
mengilhami diriku, aku tak percaya bahwa pertemuan itu menjadi panjang, pajang
berdurasi yang tak terhingga. rindu ingin lagi melihat wajahnya. kebaikan dan
tutur katanya. gadis belia, baru saja dipanggil oleh keluagranya untuk urusan
yang ia tidak bicarakan. ia menitipkan pesan kepada ibu yang dihadapkanya. bu
fatma namanya, aku masih tegur dan sapa melalui batin yang menjaga. ingatanku
melayang melambung pergi. dari dirinya aku berusaha memperbaiki diri, lain kali
perasaan ini ku tanggalkan pada doa ketika malam, ku sulam lantunan doa yang
terpanjatkan. sembari memohon dan meminta petunjuk Tuhan. Oh tuhan detak
jantungku melaju cepat saat pertemuan awal itu, aku menyadari akan beruntut
panjang. pertemua itu menjadi sejarah kecil bagian hidupku. dia gadis yang tak
seperti biasa, gadis yang hanya memakai keruddung seperti wanita biasanya.
namun cinta datang begitu cepat mudah meleset seperti busur panah yang terlepas
dari panahnya. mudah seperti anak kecil yang merenge meminta uang jajan. apakah
ini nafsu atau cinta. saat itu ku beranikan diri untuk mengenal ia lebih dalam.
kupejamkan ego yang menakutiku. ia adalah sosok gadis cantik keturunan kiai.
tak mudah aku beradaptasi dengan keluarga yang dilahirkan oleh benih agama yang
dalam. sedang aku terlahir dari anak yatim, yang diasuh oleh ibu. pendidika ku
sejak kecil hingga kini kuliah dikampus yang tidak ada kaitanya dengan Islam.
Dalam perjalanan panjang itu, kreta
perlahan terasa pelan, membayangkan masa masa panjang. oh Tuhan kenapa cinta ku
meleset secepat ini. aku yang tak pernah mengenal jauh dan mengerti persoalan
asmara , menjadi berubah drastis menjadi ahli dalam soal asmara. dalam perjalanan itu, ku sisipkan dialog
kami, mengenai basa basi menyoal tetang kehidupan dan asal daerahnya. aku pun
menjaga diri pada dirinya berharap agar ia bisa melihatku menghargai selayaknya
seorang lelaki yang sejati. dari obrolan panjang, kebetulan ku sisipka kartu
nama dan meminta alamat rumah. awalnya ia sangat kaget. karna aku mempunyai
kepiawan dalam bernogosiasi ia rela memberikan alamat rumahya, alasanku haya
ingin bersilaturahi dengan pemilik pesantren. tidak lebih. ia pun mengiyakan.
dari dialog yang hangat, dari ibu fatma dan saya serta gadis yang bernama Khanza.
ya,
aku memanggilnya Khanza , nama yang unik yang diberi ayahnya. Khanza adalah
mahasisswi kampus swasta Yogyakarta yang saat itu beranjak semster enam sedang
aku terlampau 3 tahun jarak usiaya. ia memanggil ku mas Azam , panggilan itu
hangat dan terdengar indah di telinga. itulah awal pertemuan yang melaju
melesat satu tahun lalu. ya tahun yang indah diawal percakapan hingga
penghianatan.
###
Zam
, pak kia Helmi memanggil, imbuh temanku dari kejauhan, teriaknya dibalik
tembok terasa jauh
gumamku,
kiai biasanya menyuruh ku untuk mengantar pergi kesuatu tempat, entah itu ke
tempat saudara. tempat mengisi pengajian. biasanya aku menjadi sopir pribadi
kiai, karna mungkin aku terlihat dewasa. dari santri yang lain. dengan itu kiai
selalu mempercayaiku untuk menjadi sopir pribadinya. dihadapan kiai awalnya sangat canggung. karna terbiasa berbincang
diperjalanan. kedekatan itu menjadi semakin dekat. bahkan dari awalnya menjadi
sopir, pak kiai selalu menawarkan makan di rumah. membantu pekerjaan rumah,
seperti membawa air, membersihkan kamar mandi hingga memijat kiai.
Pesanten
yang diasuh pak kiai tak semodern pesantren dilaur kota, apalagi sekelas
pesatren gontor. pesantren yang dihimpit kota dan perkampungan menampilkan
suasana modern dan tradional. ke arah utara akan menemui kota dan ke selatan
menemui bukit pegunungan. sawah mengelilingi pesatren, kami sering berteduh
jika sore hari tiba. sambil mengulang hafalan kami bermurajaah bersama.
Hari
ini aku mengantarkan kiai Helmi untuk menjemut anaknya, yang dahulu dititipkan
dipastren Lirboyo. hampir satu satu Tahun sekali Annisa panggilan sapanya
pulang kerumah. kita jemput di terminal kota, imbuh kiai menyuruh. bergegas
mengiyakan.
Dalam
perjana kiai berbicara apa saja yang menjadi pembicaranya selintas namun
bermakna. kisah yang teringat adalah ketika kiai bercerita bahwa
Rasulallah juga mahluk yang memiliki
humor yang tinggi. pernah suatu ketika saat pekumpulan disertai oleh sahabat
sahabat disuatu majlis, disuguhkanlah kurma didepan rasullah , Umar dan sahabat lain, Rasullah sehabis makan
kurma , biji kurma sengaja diletakan didepan tempatnya Umar, slintas Rasulallah
berseru, lihatlah sahabatku, Umar adalah mahluk yang paling serakah. lihat saja
biji kurma berkumpul didipanya. sekilas sahabat tertawa. dan Umar pun
menimpali, bukankah Rasulallah yang serakah lihat saja didapanya, kurmanya
bersih tak tersisa. Rasulallah mengahabiskan kurma berserta biji bijinya. gelak
tawa sahabatun memecah..
mobil
bermuatan 8 orang mealu cepat, melintasi kampung , hingga jalan mengahambat tak
terasa tujuan pun tiba.
#####
Annisa memiliki wajah hampir mirip
dengan ayahya. Cantik semapai dengan ibunya. bersahaja dan santun terhadap
orang tuanya. ia memiliki daya yang memikat bagi pria yang pertama kali
meneminya. hidungnya yang mancung serta matanya yang tajam. terlihat sekali
bahwa annisa adalah keturunan pilihan yang dianugrahi kecantikan. Annisa masih
remaja , namun kemapanan dan kecerdasan serta sikap keibuan menjadikan ia
terlihat seperti orang dewasa. dari sikap tutur dan kedewasaanya. Ia seperti
Khanza sama sama keturunan dari anak kiai. yang memiliki kecantikan yang tak
kalah jauh dengan Khanza. Namun Khanza adalah gadis pilihan yang diciptakan
Tuhan dari gadis yang terbaik. bagiku Khanza adalah gadis yang sekilas tangguh
kepribadianya, meski jarak dan mata tak pernah mengintainya, namun Ilham dan
pengetahuan itu terus mengucapkan tasbih untuknya.
Kiai
Helmi mempunyai 3 anak, anak pertama
bernama Aldi Alfi Syaidi sering disapa kang Aldi dan Annisa disapa Caca, dan
yang paling kecil bernama Shintya. ketiganya memiliki hubungan keluarga yang
harmonis. kiai kadang kali bercerita tentang Annisa, yang padai dan
berprestasi. kerap kali ada anak muda yang datang kerumah bermaksud untuk melamar
, namun kiai masih belum menentukan pilihan, lagi pula Annisa masih belum
Ngebet untuk berbicara masa depan termasuk masalah pernikahan. ini adalah awal
pertemuanku dengan Annisa, yang tak lain adalah anak perempuan dari kiai.
Annisa
Apakah Cinta yang membawaku kesini.
sandiwara telah berlalu. Khanza kamu gadis yang tak mampu dijelaskan oleh rupa.
andai saja kecantikanmu melekat pada sayap burung yang patah. niscaya ia akan
tumbuh dan terbang ke luar angkasa. cinta ini tumbuh subur lebat dalam diriku.
sehabis seutai sholat. namamu terpampang dalam bait puisi doaku, kusampaikan
namamu pada lagit, ku dongkakan nama mu itu
melambung tinggi dan setingginya. siapakah yang menggerkan rasa ini,
sehingga larut menyusup qalbu. akankah kecintaanku ini terus menjadi penyakit
yang tumbuh lewat luka yang tak pernah di sanjung oleh dewi pujangga. apakah
kamu mau Tuhan bertanggung jawab atas rasa ini. kau ciptakan gadis yang mulia,
kau berinya secantik khadijah kau hias tubuhnya seperti zulaikha.
azam, kiai memnaggil. santri lain
memanggil aku, padahal waktu hampir zuhur, beberapa santri siap untuk
melaksanakan sholat berjamaah. sarung dan seperangkat pakain alat santri peci
hitam nasionalis bungkarno gagah terlihat dicemin kamar. kamar yang hanya disi
oleh kawan, mereka masih belia, namun nampak ilmu agamanya lebih tinggi dari
diri pribadi. ku kenakan pakain putih
yang sudah ku teriska rapih, jangan lupa wewangian melebur dalam pakain bersih.
semua aman dan sudah teruji standar untuk menghadap Allah SWT. seteah sholat
zuhur tiba, aku dipanggil kiai untuk mengahadap. beberapa hari ini, seringkali
keluar masuk kerumah kiai. urusanya bermacam- macam. kiai yang mulai mengenalku
lebih dekat terkadang aku sungkan dengan santri yang lainya yang sudah lama tinggal
digubuk pesatren ini. alasanya karna mulan hanya diri pribadi yang bisa
mengantarkan kiai menggunakan mobil, setelah pak parjo sopir kiai harus pulang
dan mengundurkan diri oleh sebab yang tidak dicerikan kepastianya. pak parjo
sudah bekerja hampir 7 tahun lebih, sudah hafal betul rute dan kunjungan yang
dilaluinya. bahkan Annisa merasa kehilangan dengan sopir pribadinya itu. suda
saatnya yang abadai akan kembai, profesi jabatan, bahkan sopir pun akan
kembali, menunggu panggilan dan alasan tertentu yang memaksakan pak parjo harus
kembali ke kampung halaman. untuk beberapa waktu ini. aku harus menggantikan
posisi pribadi kiai, meskipun beberpa kali kerap menolak dengan halus, merasa
diri belum pantas, apalagi jadwal ngaji dan hafalan yang belum disetor. kiai
selalu berdoa utuk santrinya, setiap sholat, dalam diam dan zikir, tak terlewatkan.
santri lain bergumam bahwa, kemudahan dalam menghafal adalah salah satu doa
mujarab dari kiai.
ya
siang itu, ketika terik matahari sedang pongah. teriknya merasuk umbun kepala
kami bersiap untuk pergi keluar kota untuk keperluan silaturahim. kali ini ,
aku kiai, bu nyai da Annisa sudah siap siap rapi. kusiapkan keperluan yang peru
dibawa. karna perjalanan ini lumayan jauh untuk diptempuh. harus melintasi
jalan yang terjal hingga kemacatan sudah terbayang didepan. mobil melesat keluar gerbang. melaju setenang
mungkin. obrolan pun menghiasi ruang ruang mobil. Annisa yang sadari terdiam
tadi pun berbicara. menganai alasan mengapa mas Azam berniat untuk menghafal di
pesantren ini. aku pun spontan panik, dan salting. ia juga tau jika diriku
adalah lulusan peruguruan tinggi di kota gudek. pertanyaan yang mulai muncul
dalam dirinya bertaya. jarang sekali orang yang lulusan perguruan tinggi malah
meneruskan ke dunia pesantren, bukan kah impian selanjutnya yang meski dikejar
adalah karir pendidikan. aku menjawab semampu ku saja. jika alasanku adalah
perintah ibu. sebelum melanjutkan dunia karir , ibu memintaku untuk menghafal
quran. setelah itu kamu bebas untuk menggapai cita citaku. itu perintahnya
kenapa
tidak dari dulu, Annisa menimpali jawabanku.
sekilas
kubaca pertayaan selanjutnya. ya karna dulu tidak sempat kepikiran, jawabku
sambil ketawa sedikit.
mengenai
latar belakang ku saat pendidikan itu, Annisa mengetahuinya dari kiai, mungkin
ia cerita sedikit prihal kepribadianku.
dalam
perjalan yang belum menemukan ujung aspal , seseklai kiai memujiku di dapan
Annisa. duh pujian itu terasa berlebihan kiai. bagi kiai itikad ku meneruskan
pendidikan pesantren setelah lulus dari perguruan tinggi adalah hal yang jarang
bahkan tak ada. azam adalah lulusan Hukum yang kini berprofesi sebagai sopir
kiai. hehe pak kiai cuma bercanda ko azam. suara kiai di sambut oleh bu Nyai
yang tampak lebih kalem dan diam dari awal perjalanan. perjalanan itu
melukiskan drama , menyubangkan pemikiran. bahwa Ilmu memunyai puncak bernama
ahlak ilmu bukan barang komoditas yang akan di jual dipasaran. dalam islam ilmu
adalah upaya pemebentukan pribadi. ilmu sains hadir untuk mengilhami driri
kepada ketafakuran. ilmu agama untuk memperkokoh cara beragama. semuaya
memiliki keistimewaan, dikotomi ilmu mungkin manusia yang membuat sendiri.
ketika disiplin ilmu memupunyai anatominya masing masing. maka ada pemisah
anatar ilmu agama dan Umum. padahal jika kita menelik sejarah masa kejayaan
islam melahirkan tokoh tokoh luar biasa, kita mengenal Al-kindi, Ibnu sina,
Ibnu Rush , higga Imam Al-Ghazal. mereka mendalamiilmu agama untuk mengabdi
kepada Tuhan.
###
Bersambung..............
إرسال تعليق