Menjahit konflik pluralisme dalam bingkai bhineka tunggal ika


Sumber foto : Pintetest
        


Indonesia beridriri menjadi Negara seutuhnya bukan karna kesatuan ras, suku, agama akan tetapi karena perbedaan. Perjalanan sejarah panjang pembentukan Negara kesatuan melewati fase- fase dinamika yang amat rumit. Refleksi sejarah terbentuknya Indonesia menjadi Negara kesatuan harus dengan segenap tumpah darah hingga sampai titik di mana Indonesia di akui sebagai Negara kesatua Revublik Indonesia. Perjuangan pencapain kemerdekaan yang telah djajah oleh imprealisme belanda yang kurang lebih dari tiga abad lalu,  melahirkan pembentuknya revolusi karakter rakyat indonesia. Mengutip kembali sejara bagaimana semangat juang bangsa Indonesia ketika bangkit pada decade awal 20 an, semangat yang tumbuh dari pemuda bangsa berawal dari semangat juang pemuda mulai dari gerakan Serikat Dagang Islam (SDI), gerakan pelajar Bungtomo dan gerakan aliansi di tiap-tiap daerah, aceh,sumatra Madura, hingga lahirnya tokoh revisioner Bung hatta, Tan Malaka,Buya Hamka hingga Suekaro dan tokoh agama lainya, dari gamabran diatas melihat bahwa rasa cinta dan persatuan akan tanah air telah jelas menggiring indonesia kea rah kemerdekaan. Namun Negara yang di bangun dengan sejarah panjang harus di bengkokan dengan situasi politik orde baru yang otoriter, kasus pelanggaran HAM harus di bungkam oleh otoriter sang penguasa.

Pluralitas keberagaman ras, suku dan budaya menjadi jati diri dari bangsa indonesia, saling menghargi dan toleran merupakan sifat dan karakter Indonesia yang terumus dalam pancasila, melihat situasi hingar binger politik dan situasi masyrakat pekan kini. Menjadi gambaran jelas, karakter dan pluralitas yang seharusnya menjadi kesadaran justru menjadi sebuah polemik baru. Kasus kejahatan atas nama perbedaan ras terus bergulir yang berkhir menjadi sebuah tindakan pelanggaran hukum. Kasus Poso, Sulawesi tentang toleransi dalam beragama dan Papua yang tidak pernah habis dengan pelanggaran HAM dan diskriminasi , menjadi catatan penting sebagai refleksi mau dibawa kemanakah indonesia kedepan. Indonesia sebagai Negara hukum kedaulatan  yang gengam di tangan rakyat, demokrasi yang lahir pasca orba  harus menelan kekacauan lantaran kebebasan berpendapat secara individual maupun kolektif sangat begitu terbuka, perlu dicatat bahwa kebebsan yang sangat terbuka bagi masyrakat sangat mempangaruhi situasi peluang untuk berbuat kejahatan, pengetetahuan akan arti esensi demokrasi yang di fahami masyrakat masih belum merata, demokrasi difahami hanya sebtas percalonan legislative dan pemilihan presiden saja.Para mahasiswa dan kaum intelektual beranggap bahwa demokrasi pada umumnya saat ini  ada dalam kondisi transial demokrasi.

 Pertengkaran yang sering terjadi antar kelompok serta pelanggaran HAM di urutan pertama mengenai kebebasan berkeyakinan, agama yang di anggap sebagai sebuh sensitifitas memicu begitu banyak situasi yang berlawanan dengan cita cita bangsa,  agama yang diyakini kini menjadi sebuah roh luhur yang harus dijaga bukan sebagai nilai esensial agama. Dan kebebasan berpendapat sering mengacu kepada tindakan kriminalilatas, kebebsan HAM yang diyakini hanya sebatas legalitas hukum, karna memang melihat masyrakat yang dinamis, paska orde baru banyak kasus yang bermunculan tentang diskriminasi antar etnis dan kelompok singkretisme di papua serta kekacauan atas nam pelanggaran HAM di setiap daerah timbul kana adanya factor sosila, ekonomi maupun politik. Diskriminasi pemerintah tentang inspratuktor ekonomi  maupun pendidikan masih berpihak kepada sentral kota dan pembangunan ekonomi yang mengakibatkan terjadinya  urbanisasi yang besar besaran. Perseturan antara pemeberi kebijakan dengan masyarakat miskin tentang perda gepeng di yogyakarta pekan ini misalnya, memicu kontrovesial menarik untuk di perbincangan, pelanggaran HAM kepada kaum yang lemah, orang miskin dan distabilitas harus di bumi hanguskan, lantaran perda DIY no 1 tahun 2014 mengahruskan dengan pemebersian kota kota di DIY, orang miskin dan distabilitas benjadi buian di rebut hak untuk hidup. Berbagai kasus HAM yang terjadi sangat sukar di perbincangkan dan terlalu rumit habis. Factor- faktor tersebut salah satunya karna tuntunan kebutuhan ekonomi dan hasrat memperkaya diri, lahirnya sengkritisme kelompok- kelompok papua tidak lepas dari pengecualian pemerintah tentang pembangunan inspratuktur dan pendidikan yang tidak merata. Krisis  Selain kasus yang timbul karna diskriminasi, peran pemeintah dalam menagani kasus- kasus. demikian masih belum bisa di tangani sebaik mungkin,legalitas hukumpun menjadi sebuah acuan penindasan kaum lemah dan memperka kaum penguasa.

Bhineka lahir bersamaan dengan pancasila yang disusul dengan Negara persatuan revublik Indonesia dan seperangkat UUD 1945, merupakan esensi roh luhur dari karakter dan kepribadian yang di cita citakan, perumusan pancasila tentang kesatuan,persamaan, ras, suku dan budaya harus disoroti kembali dari akar sejarah Indonesia yang menjunjung tinggi nilai kebersaman, perumusan Pancasil dan tiga sekawan tidak begitu saja lahir dari mulut sang proklamator, melainkan dirajut dari sejarah karakter kpriabadian orang terdahulu,. Namun amat disayangka,persatuan dan toleransi yang dibangun dan di junjung tinggi harus dirobohkan oleh penguasa otoriter, kasus kasus pelanggaran HAM serata KKN sebagai alat untuk kepentingan sang penguasa untuk kepentingan perutnya.mengingat Bhinekaan sebagai sebuah dongeng atau sebuah patung monument yang disanjung dan di puja puja. Kekerasan dan ketidak satuan tentang perbedan ras dan kelompok  terjadi karena beberpa factor, kasus kriminalitas yang terus bertambah mengindifikasi dari factor pendidikan yang lemah serta rasa sensitifitas masyarakat yang sangat mudah terpropokasi. Media yang terus gencar di asumsikana menjadi sarapan sehari-hari, propaganda propaganda muncul dan akses internet yang mudahkan sekali untuk merubah opini public. Pemerintahan yang masih boborok dalam menagani kasus serta ketidak dewasaan merupakan salah satu dari lahirnya sebuah dilema negri, bermuara dari penagnan pendidikan dan perekonomian yang tidak merata. Dan penangan kasus yang masih memihak dan tunduk kepada politik.

Merajut kembali sebuah kebhinekaan yang utuh sangatlah sulit, ,mengutip perkataan marxisme bahwa keadaan sangat mempangaruhi kesadran, dengan demikian gempuran serta tindakan perlawan situasi yang di alami dahulu berbeda dengan situasi kini. Jika dahulu kita berperang melawan imprialime dan veodalisme penduduk pribumi, sekarang kita harus berhadapan dengan situasi perang idiologi antar kelompok yang telah diracuni oleh budaya luar. Perubahan sosila kultural terjadi karana factor sejarah universal atas kemenangan kaum kapitalis dan demokrasi liberal pasca perang dunia pertama. Serta putusnya mata rantai sejarah dengan anak bangsa sehingga menjadi bangsa yang tuli. Pergerakan mahasiswa dan aliansi waraga, pelajar cukup dominan untuk membendung perubahan yang terjadi sekarang, dengan melakukan diskusi situasi carust maut yang dilihat sensitive perlu ditingkatkan. Yang terpenting ialah dari pergerakan tersebut adanya aksi kongkrit. Bukan hanya mengutuk kegelapan tanpa memberi penerang ucap anis baswedan, bukan hanya pandai berbicara namun tanpa bekerja. Negri kita di bangun bukan karna ocehan dan omong kosong melainkan semngat bergerak dan cinta tanah air.

Menjaga bhineka tunggal ika antara budaya, agama dan ras perlu adanya kesadaran dari setiap warga Negara. Indonesia merupakan Negara kepulauan sungguh amatlah sulit untuk di control oleh pemerintah. Sebagai jalan tengah rakyat perlu mendengar tidak hanya berbicara. Kesadaran tentang hitirogen masyarakat yang berbeda beda dilakukan dengan cara mempelajari sejarah dan nilai agama. Rasa sensisitifitas yang semakin mencukak perlu diselesaikan dengan jalan hukum bukan kekerasan sebagai hasil penyelesaian. Ini bukan sebuah impian, melainkan merajut kembali rasa nasionalisme yang hilang. Rasa nasionalisme yang dimaksud bukan hanya mereka yang melakukan seremonial perayaan hari Hut RI atau upacara bendera, melainkan lebih dalam lagi dengan penuh penghayatan dengan rasa cinta tanah air. Akar seleruh permaslah yang terjadi dengan situasi sekarang ini ialah adanya perkotak kotakan pemerintah, rakyat, kaum miskin dan orang kaya.Sumber kebahagiaan  yang dilihat ialah harta nominal. Sehingga ada persaingan antar indivu dan kelompok yang berkepintangan yang memicu lunturnya bhineka tunggal ika. Ini cita- cita bersama buka aku dan dia tapi kita, nampaknya kita perlu banyak mendengar bukan hanya banyak berbicara. Emapat dasar pilar bernegara harus dirakit kembali dengan kesadaran hiterogenitas serta orang yang pandai yang tidak hanya diam.






Post a Comment

أحدث أقدم