Mengenal Habib Rizieq Shihab pasti mengenal FPI. Beliau memang merupakan pentolan FPI sekaligus pimpinan ormas. Jika ada yang menyebut beliau pemimpin umat Islam, boleh-boleh saja. Nggak ada yang melarang. Toh itu semua cuma subjektifitas saja. Walau pun anggapan ini sama saja menjeneralkan sekaligus membungkam subjektivitas umat lain, selain pengikutnya.
Saya bukan pengikut beliau atau masuk jajaran bagian dari pengurus FPI. Namun bukan berarti saya membenci Habib Rizieq dan ormasnya. Biar saja saya disebut kaum munafik maupun liberal atau antek PKI dan Cebong. Yang penting saya masih menjalankan ibadah dan membaca "ihdinas shirotol Mustaqiem. ketika sholat.
Pimpinan FPI ini semakin naik daun ketika 4 tahun lalu. Ketika politik identitas menguat saat menurunkan gubernur Ahok dalam puncak aksi 212 bela Islam. Gubernur DKI ini di demo habis habisan sampai berjilid - jilid, yang pada akhirnya Ahok di penjara dalam kurungan 2 tahun. Popularitas FPI dan Habib Rizieq semakin gemilang ketika kepulangan HRS dari Saudi Arabia. FPI dan pengikutnya memadati bandara Soekarno Hatta. Dengan raut gembira sekaligus terharu para jamaahnya pun mengumandangkan sholawat menyambut kehadiran pimpinan FPI ini di Indonesia.
Kedatangan Habib Rizieq Syihab dan ketokohannya ini tidak boleh diremehkan. Saya akui beliau mempunyai power untuk menguatkan dan menggiring masa. Ke tokohnya menurut Fadli Zon bahkan kalah dengan pemimpin revosioner Ir. Soekarno. Hal yang juga menarik dari kepulangan beliau adalah peta politik Indonesia sedikit mengalami ketegangan kembali. Hal ini ditandai dengan perseteruan antara ormas FPI dan TNI saat penurunan baliho habib Rizieq. Hal ini juga justru akan menaikan popularitas FPI. Jujur saja penurunan ini memang bukan ranah tugas TNI.
Habib Rizieq, antara Kecintaan dan Kebencian
Seperti hal lain, setiap tokoh mempunyai pengikut dan pembenci. Jangan kan Soekarno, bahkan Rasulullah SAW pun mempunyai musuh. Sosok Habib Rizieq adalah cerminan dari tokoh yang banyak dicintai dan banyak juga yang membenci.
Tentu banyak persepektif dan corak pandangan orang lain tentang FPI dan pemimpinya. Di mata pengikutnya Habib Rizieq disebut pemimpin umat Islam yang sangat di elukan-elukan. Kehadiran FPI macam sebagai penentang kekuasaan pemerintahan. Dalam negara demokrasi hal ini wajar sebagai check in balance sebuah negara. Tak ayal dikemudian juga banyak yang menyayangkan tindakan ormas FPI dan sosok Habib Rizieq yang dinilai sangat keras terhadap pemerintahan yang sah.
Kontroversi FPI dan HRS bukan baru kali ini saja terjadi. Di tahun 2008, Munarwan sebagai Ketua Komando Laskar Islam ditetapkan sebagai DPO atas kasus penyerangan yang melibatkan Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama (AKBB) di Sialang Monas. Atas penyerangan ini. Nama FPI banyak menuai protes dikalangan masyarakat dan ormas Islam lainya yang dinilai intoleran.
Selain manuver kritik dan sweping yang juga sering dilakukan ormas ini. Hal tersebut juga berdasarkan pada sprit agama "Nahi Munkar" sebagai prinsipnya. Kehadiran FPI yang berdiri tiga bulan setelah reformasi kian terdengar populer di telinga masyarakat. Ormas Islam yang berbasis di Jakarta ini, lanjut tidak di remehkan keberadaanya bagi peta politik di Indonesia.
Namun tetap saja pro kontra terhadap Habib Rizieq Shihab tidak sejalan dengan nama yang kian menjulang. Nama HRS yang dinilai banyak menuai kontroversi. Jujur saja, masyarakat kita juga banyak yang gerah akan sosok beliau yang tidak mampu menjadi tauladan dalam ucapannya sebagai mubaligh dan tokoh masyarakat. Namun tetap saja, dimata pengikutnya hal itu dinilai tindakan yang heroik.
Alasan tersebut mendasar, salah satunya beliau merupakan Juriyah keturanan Nabi. Apapun alasannya, HRS mempunyai darah Rasul Muhammad SAW yang harus dihormati dan dimuliakan. Selain itu. Sebagai bentuk kewajaran bahwa kehadiran FPI memang mempunyai misi untuk tujuan yang mulia. Meskipun antara tindakan dan tujuan terbilang kontradiktif dikalangan masyarakat lainnya.
Kritik atas FPI dan HRS adalah sebuah kehormatan yang harusnya menjadi ladang evaluasi. Namun jangan sampai FPI menutup telinga dari cibiran dan kritik. Keritik datang dari rupa yang berbeda, meskipun kritik tidak memberikan solusi. Namun hal itu tetap menjadi Iktibar dalam menjalankan misi agama yang Rahmah.
إرسال تعليق