Bagaimana senjata ampuh melawan malas. Ya melawan diri sendiri bukan? Ya siapa sih di dunia ini yang nggak pernah ngerasain rasa malas. Bahkan Jack Ma sekalipun pernah merasa malas. Nggak perlu bukti. Rasa malas adalah naluri setiap orang, saya dan anda pernah ada di titik jenuh. Rebahan, santuy adalah jalan ninja untuk tetap relax mengahadapi hidup.
Di dunia ini. Kita dikejar oleh anggapan sukses hidup bahagia dengan keinginan-keinginan. Cara sederhana menggapai itu semua adalah dengan berusaha mengejar cita-cita dan harapan yang diinginkan. Hidup dengan kerja keras, Jangan malas, adalah kunci menggapai itu semua bukan? Kalo anda terlihat malas-malas-an ya nggak mungkin keinginan itu tercapai. Itu nasihat yang seringkali saya dengar di mana-mana. Ikhtiar dan doa jangan lupa diselaraskan ya.
Kebahagiaan memang adalah cita-cita semua orang. Kelas sosial yang diciptakan peran kapitalisme. Menyuruh manusia untuk bangun dari kasur dan bekerja keras mendapatkan hasil yang banyak. Dari segi materi uang memang bukan segalanya. Tapi uang bisa melakukan segalanya.
Dari segi materi uang memang bukan segalanya. Tapi uang bisa melakukan segalanya.
Persaingan dan keinginan anggapan orang lain tentang status sosial mereduksi manusia menjadi pekerja keras dan terus bergerak melawan persaingan. Terciptalah rasa gengsi untuk memiliki barang yang ber-mark, terciptalah keunggulan kelas baru antara borjuis dan proletar. Antara anak DPR dan petani, antara sepatu Nike dan Adidas. Semua itu adalah prodak semangat kapitalisme manusia modern.
Semangat bekerja dan bergerak sudah jauh hari digambarkan oleh Adam smith sebagai mahluk ekonomus. Anggota tubuh jika tidak bergerak akan mengalami kelumpuhan. Begitu juga dengan berfikir.
Uang dan Budaya kebaikan
Semangat kapitalisme merupakan hal yang positif selama capaian dan cita-cita direalisasikan dengan hal yang mulia. Bukankah uang merupakan instrumen untuk mencapai kebaikan. Saya setuju. Tanpa uang saya tidak akan bisa menjenguk teman yang sedang sakit diluar kota. Karena perlu ongkos. Tanpa uang pun saya tidak bisa memberikan penghargaan ke teman yang berulang tahun. Atau sesekali memberi martabak spesial untuk orang tersayang saat berkunjung ke calon mertua. Hehe
Bentuk penghargaan dan kasih sayang nggak harus dengan uang ko. Anggapan ini pun saya setuju. Tapi gimana rasanya kalo berkunjung ke teman yang sedang sakit. Tanpa membawa buah. Ah itu masalah tradisi kita. Atau mentraktir teman saat kelulusan wisuda. Ya nggak apa-apa selagi teman tidak menuntut.
Uang bukan saja alat tukar menukar. Tapi kita dihadapkan oleh budaya kasih mengasihi yang membutuhkan alat instrumen ini. Ya tentu saja capaian kebahagiaan diri dan pertemanan harus disadarkan juga oleh ongkos yang mahal.
Berbahagia dengan rasa malas
Kemalasan tidak akan memberikan upah. Selagi kamu bukan anak Rafi Ahmad. Malas untuk bertindak tentu dibolehkan ketika kamu lelah dan berhenti sejenak. Dunia tidak menuntut kita untuk terus bergerak dan berusaha dengan maksimal. Ada kalanya kamu butuh malas untuk meringankan beban. Menyudutkan bahu ke Tuhan. Bersenggama dalam doa-doa ketika kamu tak kunjung bergerak dengan cara tepat
Kemalasan tidak selalu identik dengan kesuksesan. Asal kamu tepat merealisasikan rasa malas. Meski kamu belum punya ongkos untuk membahagiakan teman. Kamu punya tangan untuk menadahkan permohonan. Kamu punya rasa perhatian untuk tetap mendoakan. Meski dengan cara diam-diam.
Malas tidak akan menghasilkan uang. Ini adalah dengungan para motivasi dalam seminar-seminar. Semangat kapitalisme ini bersuara lantang untuk menggerakkan manusia dalam mencapai tujuan mecari pundi uang. Harta dapat menolong kelak jika disalurkan dalam kebaikan. Dan kamu perlu istirahat menahan malas untuk bertindak jernih dalam melakukan tindakan.
إرسال تعليق