Evolusi Dangdut yang bermula hanya dinikmati untuk didengar dan mengisi kekosongan atau menemani saat berkegiatan, hingga kemudian beranjak pada genre dangdut yang identik dengan goyang-goyangan. Kalian pasti ingat dengan goyang ngebor Inul Daratista, Uut Permatasari hingga goyang itik Zaskia Gotik. Mereka adalah bagian dari evolusi dangdutan yang kita nikmati hari ini di berbagai panggung hiburan kampung hingga panggung politik saat kampanye. Rasa-rasanya jika dangdut tanpa goyang dan saweran bukanlah dangdut. Tapi qosidahan.
Pertanyaannya adalah apakah dunia per-dangdutan semakin maju atau semakin mundur? Saya sendiri bingung. Pertama, kita definisikan apa yang dimaksud maju dan mundur. Maju dalam kamus KBBI bermakna melangkah. Melangkah juga dimaknai sebagai keadaan yang tidak diam. Dalam hal ini maju memiliki konotasi yang positif. Artinya lebih baik dari sebelumnya.
Dalam dunia per-dangdutan, dangdut memiliki unsur musik antaranya irama melayu, cengkok, gendang, suling dan bidiuan. Secara kualitas musik dan teknik vokal penyanyi. Dangdut mengalami kemajuan positif. Namun dalam estetika moral dan pesan tidaklah demikian, Mengapa?
Sudah dijelaskan di atas bahwa dangdut yang saya dengar merupakan syair dan bait yang membawa pesan spritual agama seperti Roma Irama. dan pesan asmara yang banyak dinyanyikan oleh penyanyi dangdut tempo dulu. Artinya dunia per-dangdutan mengalami kemunduran dari nilai estetika moral dan syair yang makin hari makin sexisme.
Artinya dunia per-dangdutan mengalami kemunduran dari nilai estetik moral dan syair yang makin hari makin sexisme.
Moralitas saya sebut sebagai nilai entitas yang berlaku di masyarakat. Nilai ini junjung tinggi pada setiap agama. Moralitas juga berpaku pada tingkah laku seseorang, begitu juga musik dan lagu. Lagu merupakan serangkaian irama yang berpadu yang mengahasilkan musik. Tentunya memiliki nilai estetika dan pesan yang hendak disampaikan.
Orang-orang terdahulu memaknai lagu sebagai pesan agar mudah dicerna dan mempermudah dalam menghafal sesuatu. Orang kita sering menyebutnya sebagai tembang / syair yang bermula syair ini dipengaruhi oleh musik dari India, Melayu dan Arab. Dalam sejarahnya istilah dangdut dahulu dikenal dengan syair melayu yang dibawa oleh pedagang Arab ke nusantara dalam menyebarkan agama Islam.
Musik dangdut mengalami dekade perubahan. Dahulu musik ini digandrungi oleh hal layak masyarakat dan anak muda yang sedang patah hati. Evolusi peradaban dan serangkaian zaman, membuat lagu dangdut menjadi kelas kedua. Sedikit demi sedikit, kegandrungan anak muda menikmati musik dangdut berdasarkan irama modern yang asik didengar, seperti koplo, campur sari, retmix. Sedangkan pesan dan lirik lagu menjadi tidak berarti lagi. Tidak aneh juga, banyak yang menghafal lagu dangdut, tetapi tidak tau artinya.
Musik dangdut pada masanya merupakan pertentangan dari lagu yang dianggap tidak bermoral seperti Rock. Mungkin sekarang sebaliknya. Namun, bukti populernya lagu dangdut lawas masih banyak dinikmati hari ini. Lagu Roma Irama yang sering dinyanyikan pada kontestasi musik misalnya, menjadi salah satu lagu wajib yang tidak pernah ketinggalan. Meski dangdut mengalami kemunduran moral estetika, saya masih manggut-manggut ketika mendengar irama musik Alamarhum Dedi kempot "Cendol dawet".hehe. Tapi, pertanyaan saya, apakah dunia dangdut selanjutnya akan melahirkan kembali Roma Irama dan Masur S?
إرسال تعليق