HUT RI Ke-75 dan Peran Media Social

Gambar foto media social. Orang memegang hp


Ada yang kurang pas rasa-rasanya jika momen penting atau kegiatan yang kita lakukan tidak di posting di media sosial. Di hari perayaan hari ulang tahun RI yang ke-75 tagar di twetter dan sekumpulan instastory whatsapp dan Instagram ikut meramaikan perayaan agustusan, meski ditengah badai covid-19. Antusias warganet setiap tahunya tidak akan pernah sepi.

Media sosial semenjak kehadiran instagram tahun 2010, banyak melahirkan fitur yang membuat manja penggunanya. Dari hanya membagikan foto kegiatan harian hingga banyak yang mengambil keuntungan dari media ini melalui endorsmen yang melahirkan artis instagram yang sering kita sebut "selebgram". Hehe.

Tidak aneh. Banyak aplikasi yang serupa yang mengikuti jejak langkah aplikasi ini yang mengupayakan pengguna bisa mengreasikan momen yang tidak hanya di bagikan melalui feed foto di beranda akun, melainkan munculnya instastory berdurasi pendek. Facebook dan whatsapp pun ikut nimbrung melakukan evaluasi menampilkan fitur instastory ini.

Sepertinya cukup membahas soal tadi. Hal yang perlu digaris bawahi. Kelahiran media sosial juga berdampak bagi perilaku pengguna secara psikologi. Sadar atau tidak, pengguna sering merasa tidak nyaman, jika momen penting atau kegiatan yang kita sukai tidak bisa bisa dibagikan di dinding media sosial. Dengan melakukan itu. Tugas kegiatan yang dirasa penting dan pas sudah direalisasikan. Hal serupa fenomena narsistik yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud mewakili sebagian dari kita. Sifat narsisme merupakan sikap yang mencintai diri secara berlebihan dan layak untuk dikagumi dan penting. Menurut dr. Fitrina Aprila narsistik merupakan gangguan jiwa seseorang. Pada prosesnya gejala ini bermula pada faktor Lingkungan dan keluarga yang seringkali sikap meremehkan pada korban, kurangnya pujian, dan didikan manipulatif orang tua dimasa kecil. Namun gejala ini tidak semua dialami oleh kita. Hanya saja sebagian kita merasa hal demikian merupakan gejala yang patut kita minimalisir. Hehe. Mungkin sebagian dari kalian tidak setuju dengan pernyataan ini.

Secara alamiah manusia akan senang jika dipuji dan dihormati begitu sebaliknya. Dampak negatif seperti cyber bullying rasanya tepat sebagai tempat utama dalam mengutarakan hate speech. Etika dalam media tidak pernah habis edukasikan. Nyatanya cybercrime yang bertugas tidak mampu mengontrol perilaku pengguna ini. Ada UU ITE untuk membendung fenomena ini justru menjadi pasal karet untuk kepentingan sepihak yang serat akan ketidak adilan.

BACA JUGA:

Momen peringatan 75 tahun dan peringatan penting lainya tidak pernah lepas dari gema dan nuansa informasi berbasis digital. Perubahan digitalisasi merupakan proses yang positif, karena mempunya efektivitas yang cepat dalam menjangkau informasi. Begitu juga kelahiran medsos mampu memfasilitasi kemudahan informasi dan hiburan yang instan. Banyak juga menjadi platfrom ini sebagai media promosi. Akses yang cepat ini mempermudah segala urusan dan melahirkan inovasi perkembangan ekonomi positif,cepat dah efesien. Meski diluar itu. Kaum milenial hendaknya menyampaikan aspirasi dari alat komunikasi ini dengan arif dan bijaksana

Zaman berubah, begitu juga watak manusia dalam merespon fenomena yang terjadi. Selain memberikan dampak yang sangat positif kehadiran medsos. Juga mempunyai hal yang negatif. Kita harus menyadari dua hal ini memang berjalan bersamaan.

75 kemerdekaan pantasnya memang harus dirayakan. Kita bisa menuploud dan menshre semangat juang melalui akun media sosial. Sebagai bentuk peduli dan semangat optimisme. Meskipun sederhana, setidaknya kita ikut berbagi kebahagiaan. Kita menyadari bahwa kita terlahir juga dari anak kandung teknologi.hehe


Post a Comment

أحدث أقدم