75 tahun pasca Indonesia merdeka bukanlah waktu yang singkat untuk membangun pertiwi. Persoalan bangsa saat ini amatlah rumit ditengah badai pandami global yang mematahkan semua sektor kehidupan. Meminjam perkataan presiden Jokowi Dodo, saat sidang tahunan MPR 2020
negara miskin, negara berkembang, termasuk negara maju semuanya sedang mengalami kemunduran karena terpapar covid-19. Ibarat komputer perekonomian semua negara serang macet, sedang hank, semua negara harus menjalani proses mematikan computer sesaat, harus melakukan restart, harus melakukan reborting menjadikan momentum musibah pandemi ini sebagai sebuah kebangkitan baru, untuk melakukan lompatan besar
Ungkapan yang disampaikan tadi, anggap saja sebagai bentuk optimisme melawan covid-19. Juga sebagai motivasi dari cerminan bangsa kita untuk merestart kembali perekonian yang telah lemah. Ada dua point yang saya dapatkan dari pidato tersebut. Pertama, Presiden berpendapat bahwa, bukan hanya negara Indonesia saja yang mengalami keterpurukan, melainkan semua negara miskin, berkembang dan lemah. Kedua, point penting mengambalikan upaya peningkatan ekonomi. Dari dua point tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa semua negara sama-sama berjuang melawan covid-19 dari keterpurukan ekonomi, tidak terkecuali Indonesia.
Dalam memperingati Hut RI ke-75 kini berbedan situasi. Akan tetapi jiwa nasionalisme harus tetap tumbuh pada jiwa masyarakat kita. 75 tahun cukup dibilang belia untuk berdirinya sebuah bangsa. Namun nyatanya point ke-lima dari pancasila belum terwujud hingga kini yaitu "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Jika kita menegok kembali pada sosok negara kita. Kita mengalami penyakit yang cukup kronis pada aparatur pemerintahan kita. Rentatan kebijakan yang tidak pro rakyat antara lain. Disahkanhan UU Minerba, UU Cipta Kerja Omnibuslaw, pelemahan pada KPK yang menjadi lembaga eksekutif hingga pembahasan idiologi yang terbilang tidak krusial dibahas di saat pandemi. Dua undang tadi cukup terkesan sebagai pro investor tanpa klausial yang berpihak pada rakyat kecil.
Pidato yang disampaikan presiden Jokowidodo kenyataanya demikian. Keterpurukan ekonomi lantaran bukan hanya dipangaruhi oleh covid-19 melainkan juga atas ulah segelintir pemilik kekuasaan yang memperkaya diri.
Narasi yang dibangun saat ini bukan hanya pada sektor ekonomi. Melainkan menyelamatkan jiwa masyarakat kita terus terpapar dengan angka kematin yang kian bertambah. Upaya ini tidak akan berjalan maksimal tanpa kesadaran segenap masyarakat kita dalam melawan bersama pandami covid-19 ini.
Merajaut Kembali 75 tahun Kemerdakaan RI
Harapan menuju Indonesia maju yang juga menjadi tema kali ini, merupakan keinginan untuk bangkit kembali segenap rakyat indonesia akan nilai-nilai Pancasila. Nilai pancasila harus menjadi nafas bagi semua rakyat dengan segenap intrumen pemerintah. seperti penegak hukum dan pemangku kebijakan pendidikan maupun ekonomi. Pemerintah harus menjadi central pengaruh yang besar atas keterlibatan pembangunan bangsa. 75 tahun silam menjadi rangkaian yang perlu diperbaiki dengan banyak mengintropeksi diri segenap elemen aparatur pemerintahan dan masyarakat.
Peringatan hari lahir HUT-RI ke 75 kali ini bukan lagi momentum ajang lomba agustusan pada tahun-tahun sebelumnya. Melainkan membangun energi positif dan rasa optimisme melawan pandami yang sedang menjadi musuh bersama dengan mematuhi rambu protokol kesehatan juaga mengingat kembali nilai-nilai sila yang telah dirumuskan. Untuk menciptakan harapan negara perlunya dua keterlibatan elemen tadi. Yaitu masyarakat dan instrument aparatur pemerintah yang jujur dan adil
إرسال تعليق