Difinisi peradaban modern hingga saat ini menjadi perdebatan. Peradaban modern seringkali di tungkan dalam cerminan pembangunan dan teknologi yang semakin canggih. Namun, hal yang lebih sustansi bahwa peradaban modern adalah peran eksistensi manusia dalam mewarnai kehidupan dunia. Dunia modern merupakan cerminan masyarakat yang menjunjung tinggi harkar martabat manusia dan berperan mewakili alam semsesta. Kehidupan yang modern juga nampaknya menjadi utopis seriiring dengan watak manusia yang multidimensional keberadaanya.
Hingga sampai saat ini. Keadilan serta tatanan dunia yang diimpikan manusia tidak memenuhi harapan. Dunia berjalan mengalir dan berkembang atas kehendak manusia. Nyatanya, pembunuhan, diskriminasi, ke tidakadilan, problem sosial dan kemiskinan masih berperan mewarnai sekat kehidupan kita sehari-hari. Pencegahan yang dilakukan pemerintah atas problem manusia tidak mampu membendung akar permasalahan umat manusia saat ini. lalu bagaimankah peran manusia yang diimpikan sebenarnya?
![]() |
Sekilas merupakan perkembangan illustrasi teknologi super canggih peradaban Modern |
Sumber Foto: Pinterest
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK DIMENSIOANAL
Episode manusia bermula saat manusia terlahir ke dunia. Manusia dihadapkan oleh episode selanjutnya tentang realitas sosial dan kehidupan ditempat dimana manusia terlahir. Pengalaman serta dimensi sosial kultural manusia dapat melihat cara pandang yang berbeda. Manusia dengan segala dimensi atas gelajala sosial tidak pernah absen dari linglkup kisah pelik yang dihadapi. Problem dan realitas sosil, biasanya dapat membentuk watak dan cara pandang manusia. Dalam mendefinisakn manusia tidak cukup dengan satu perpektif. Manusia sebagai mahluk homo ekonomis seperti yang disebut oleh Adam Smith juga tidak mewakili manusia sebagi zon politicon, sebagai naluri manusia yang berpolitik. Angka kehidupan manusia serta peran tidak pernah mewakili jati diri manusia yang sesungguhnya.
Dalam kaca mata filsafat Yunani kuno. Eksistensi manusia seringkali dilibatkan dengan pertanyaan "siapakah aku?" atau pertanyaan yang berhubungan" Untuk apa manusia terlahir kedunia?". Hubungan-hubungan pertanyaan ini yang kemudian dapat dijawantahkan oleh ilmu sains yang kemudian melahirkan disiplin ilmu lain. Sebuah pertanyaan sederhana,namun perlu perenungan yang medalam bukan?. Bahkan pada saat pertanyaan ini dilontarkan kepada anda" Siapakah diri kita". jawaban yang muncul tidak mewakili peran dan kehidupan diri kita sebenarnya. Dalam pandangan agama, pertanyaan ini disibut Marifatun insan, cara mengenal diri ini sebagai jalan menuju pengenal wujud ilhiyat (ketuhanan). Keberadaan manusia sering kali dinobatkan sebagai mahluk yang bernilai keberadaanya. cara pandang spritual itu seragam dengan nilai setiap agama.
Dari eksitensi keberadaan manusia. Manusia pun berinteraksi dengan nilai dan tujuan hidupnya. Nilai dan pesan agama merupakan cara pandang yang dipertanggung jawabkan. Bahwa, keberadaan manusia tidak pernah luput dari pengawasan sang pencipta. Ajaran ini kemudian di akrtualkan dalam tatanan sosial yang bernilai dan penuh tanggung jawab. Nilai-nilai kemanusiaan yang dirumuskan dalam bentuk norma baik agama maupun hukum membentuk manusia yang beradab yang dicita citakan. Keadilan sosial diformat dalam bentuk aturan hukum, sejatinya manusia merupakan mahluk yang lemah, sehingga perlu adanya nilai yang mengikat bagi kehidupan dunia yang diimpikan
REALITAS SOSIAL
Idealitas kehidupan yang dicita-citakan adalah harapan semua mahluk hidup didunia. Harapan itu muncul tatkala peran manusia terancam oleh kebutuhan manusia untuk hidup aman dan tentram. Sejarah peradaban manusia yang lahir hingga saat ini memiliki sejarah panjang yang mengakibatkan polarisasi terhadap segala aspek kehidupan.dari muali gaya hidup, orientasi, hingga nilai kebudayaan yang merubah cara pandang ekonomi, pendidikan, budaya hingga politik.
Ditengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang super cepat, Manusia mengalami kemunduran eksitensi diri berupa nilai kehidupan. Antaranya pola dan cara pandang materi, bahkan menjadikan idiologi materi sebagai kehormatan martabat manusiaan. Nilai dan doktrin hukum sekalipun ikuib mewarnai pandangan ini. Media informasi baik nasional maupun internasional ikut andil dalam manifestasi orientasi berskala pendek, birokrasi disemua intrumen pemerintahan juga ikut mengambil celah pemuasaan segelintir kebutuhan perut. Penyakit kronis ini sungguh mengikis eksitensi manusia sebagai mahluk berkeadaban. Peran akal dijawantahkan dalam siasat-sesaat yang mengakibatkan perusakan terhadap ekosistem alam, dan tatanan yang tidak lagi menjujung tinggi martabat manusia.
SOLUSI
Ditengah keadaan demikian, sepertinya sangat sulit mengambil peran ideal sebagai manusia. Namun, celah dan harapan ini semestinya tidaklah pupus. Dibalik kemelut problem sosial, masih ada segelintir manusia yang memegang prinsip kemanusiaan. Jika problem ini disematkan dalam tatanan yang ideal, peran birokrasi dalam pemeran panggung utamapun seperti kewalahan tanpa pemerintahan yang harus diisi dengan orang yang bermartabat. Disisi lain untuk merubah kebiasaan ini, harus degan pembiasaan baru yang positif. Dengan demikian, problem multidimensional dapat terkikis dipermukaan. Peradaban yang dicita-citakan saat ini kiranya memang sulit untuk diperaktikan tanpa perangkat kekuasaan yang kuat dan kesedaran manusia. Namun kiranya, problem itu harus tetap ada, agar manusia bisa saling berfikir dan mengingatkan satu sama lain.
Makin cangging makin asik, manusia (beberapa) tetap akan lebih cerdas dari karyanya🔥
ردحذفإرسال تعليق