Body Shaming dan Standar Produk kecantikan

Sebenarnya siapa yang salah. Diri saya yang selalu over thinking atau budaya masyarakat kita yang kejam.? Saya bisa menyebutnya kejam. Bahkan kejahatan verbal yang keluar dari mulut dan melukai orang lain bisa dituntut sebagai kejahatan. Alih-alih bisa berdamai dengan kejahatan verbal. Hal demikian bahkan menjadi bentuk kewajaran yang membudaya.

Body shaming sering kita sebut sebagai objek kejahatan verbal, Dimana individu merasa tidak nyaman. Atas perkataan lawan bicara yang mengomentari fisik seseorang yang dirasa tidak ideal. Hal demikian semakin runyam tatkala jemari menjadi mulut tak bertulang yang secara berangsur melukai korban body shaming. 

Standar kecantikan bagi perempuan dan laki-laki mempunyai prodak masanya tersendiri. Di negara-negara tertentu pada masanya memiliki standar kecantikan yang berbeda-beda. Seperti halnya di Inggris pada abad ke-18. Wanita yang cantik dan mempesona memiliki standar kulit yang pucat. Pada masa itu para kaum hawa mengotori wajahnya dengan kotoran kuda agar terlihat cantik. Berbeda lagi di negara Perancis berkisar di abad yang sama, doble chin atau dagu yang berlemak ini di menjadi standar kecantikan. Di belahan dunia lain, fisik yang dianggap tidak ideal bahkan terlihat cantik dan mempesona.

Ketentuan standar kecantikan seringkali dibakukan oleh prodak iklan di televisi dan layanan iklan lain. Tren dan gaya baru ini semakin dipopulerkan oleh industri kecantikan yang baku untuk pasaran.

Pola interaksi konsumen dan produsen ini berhasil memainkan standar kecantikan secara masif ditengah arus informasi yang mudah diakses. Alhasil. Prodak kecantikan komestik mempunyai tempatnya sampai budaya operasi plastik untuk merubah fisik kian marak terjadi.

Pada dasarnya naluri manusia akan cenderung ingin menggapai kepuasan dan kesenangan. Kecenderungan manusia untuk mencapai kebahagiaan, tentunya memiliki macam orientasi. Asalkan kepuasaan dalam mencapai semua harus berdasarkan koridor yang ditetapkan nilai masyarakat dan tidak merugikan orang lain. 

kepuasaan dalam mencapai semua, harus berdasarkan koridor yang ditetapkan nilai masyarakat dan tidak merugikan orang lain. 

 

Body Shaming dan Cara mengatasinya

Kecenderungan manusia atas perlakuan body shaming terkadang tanpa sadar dilakukan. Sadar atau tidak perlakuan tersebut berdampak pada psikologi korban body shaming. Perlakuan body shaming tidak pernah lepas dari budaya patriarki dan pola pendidikan masyarakat kita. Tindakan penghargaan atas orang lain. Dan menganggap bahwa manusia memiliki tubuh yang unik. Tidak semua orang sadar prihal nasihat ini.

Baca Juga :

• Cyber Bullying pada Kekey, Siapa yang patut disalahkan?
• KASUS FERDIAN PALEKA HINGGA SARAH KEIHL, DAN AKTIVITAS NETIZEN KITA
• HUT RI Ke-75 dan Peran Media Social

‌Anggapan kecantikan orang lain dan tuntutan industri kecantikan telah merubah gaya seseorang dalam mengukur kecantikan. Sampai kapan pun  perlakuan komentar pedas atas  tubuh seorang yang dianggap tidak ideal ini tetap berlangsung tanpa kesadaran masyarakat yang berpendidikan.

Prihal mengatasi hal ini. Kita meyakini bahwa manusia memiliki semua potensi yang unik dan beragam. Potensi baik tubuh dan anggota manusia memiliki ciri yang tidak mungkin bisa disamakan. Seperti warna kulit, struktur tulang dan fisik lainya.

 

Manusia tidak meminta dilahirkan dalam bentuk apa dan dari siapa. Diluar itu. Potensi pendidikan menghargai orang lain harusnya sudah sejak dini ditanamkan di lingkungan keluarga. Bahkan tidak salah menjadi salah satu materi pelajaran di sekolah. Menghargai pendapat dan mengenal manusia bukan berdasarkan fisik merupakan prinsip nilai manusia untuk menghargai sesama manusia.